Kuliah Dosen Tamu Dr. Sonia Roitman dari The University of Queensland, Australia

Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (FIS UNY) kembali mengadakan kuliah umum bersama dosen tamu dari The University of Queensland, Dr. Sonia Roitman. Kuliah umum berlangsung selama dua jam di Ruang Ki Hajar Dewantara FIS UNY, Rabu (18/2). Kuliah yang diikuti oleh lebih dari 70 mahasiswa aktif dari berbagai angkatan itu mengusung tema “Perencanaan Pembangunan Wilayah bagi Negara Berkembang” dengan fokus pembahasan Arus Tantangan dalam Perencanaan Pembangunan bagi Kota-kota di Belahan Selatan (Current Challenges of Development Planning in The Cities of The Global South). Kuliah juga dihadiri oleh ketua jurusan, Dr. Hastuti, dan para dosen jurusan Geografi. Sebelumnya, kuliah dibuka dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Hymne UNY.

Pada kuliah umum tersebut, Sonia memaparkan betapa pentingnya perencanaan. Terdapat lima hal yang seharusnya mendasari suatu perencanaan, antara lain perencanaan merupakan suatu orientasi masa depan yang memberikan pemahaman bahwa aktivitas masa kini berpengaruh terhadap potensi di masa depan (a belief that action now can shape future potentialities). Selanjutnya, perencanaan mengutamakan keberlanjutan dan kehidupan di berbagai sektor (an emphasis on liveability and sustainability for the many, not the few). Perencanaan juga mengutamakan pada interdepedensi dan hubungan saling terkait antarfenomena melintasi ruang dan waktu (an emphasis on interdependences and interconnectivities between one phenomenon and another, across time and space).  Perencanaan mestinya mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman bagi masyarakat, serta memiliki komitmen dalam transparansi pemerintahan (a commitment to open and transparent government processes).

Sonia menambahkan perencanaan pembangunan memuat perencanaan bagi wilayah kota dan daerah yang berfokus pada institusi serta strateginya dalam memberikan perubahan positif untuk dapat mensiasati tantangan pembangunan masa depan. Sementara itu, perencanaan bagi wilayah selatan (negara berkembang) semestinya memusatkan perhatian pada perbaikan taraf kehidupan manusia dengan mengacu pada pemerataan akses sumber daya. Perencanaan pembangunan inilah yang cocok diterapkan bagi Negara-negara berkembang seperti Indonesia, bukan hanya mengadopsi tipe perencanaan pembangunan perkotaan seperti yang dilakukan saat ini. Lebih lanjut Sonia menjelaskan analisis kebutuhan dan potensi sumber daya serta tantangan masa depan antar wilayah berbeda sehingga masing-masing wilayah perlu memiliki pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pembangunannya, tidak hanya serta merta meniru dari negara lain yang dipandang lebih maju.

Jika dikaitkan dengan kondisi saat ini, tidak sedikit dari kota-kota di Indonesia yang mengalami sebuah ‘ancaman’ dalam hal ini tantangan perubahan iklim. Dalam kesempatan tersebut Dr. Sonia Roitman juga menjelaskan aktivitas risetnya di Yogyakarta yang saat ini meneliti kondisi kota gudeg yang ternyata ‘dijual’ untuk arah komersialisasi seperti bisnis, perhotelan, maupun jasa. Ia mengutip istilah Jogja Asat atau Jogja Kekurangan Air yang tidak lain disebabkan adanya penggunaan air secara tidak seimbang oleh pelaku bisnis ataupun hotel sehingga memicu kekeringan air dan berbagai permasalahan lingkungan lainnya. Masih dari Yogyakarta, ia mengungkapkan kekagumannya kepada masyarakat DIY yang patut menjadi contoh dalam kesiapsiagaan bencana seperti yang terjadi pada tahun 2010 pada erupsi Merapi. Proses pemulihan di Yogyakarta berlangsung cepat, masyarakat mempunyai semangat untuk segera berbenah dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Tantangan penting yang sedang dihadapi beberapa kota di Indonesia dan negara di wilayah selatan (Global South) adalah ketersediaan pelayanan publik yang memadai guna mendukung sustainable development. Indonesia perlu layanan publik yang nyaman seperti transportasi masal yang terintegrasi sehingga pemerintah dapat menekan konsumsi kendaraan pribadi seperti sepeda motor untuk mengurangi emisi gas berbahaya yang menyebabkan polusi. Hal ini tentu tidak akan terwujud tanpa adanya kesadaran dan kerja sama dari masyarakat, pemerintah, maupun sektor swasta.

Sonia juga memaparkan 6 poin permasalahan yang menjadi tantangan perencanaan pembangunan bagi wilayah selatan, antara lain: 1. pertumbuhan dan urbanisasi (urbanisation and growth), 2. kemiskinan dan kesenjangan sosial (poverty and social inequalities), 3. Keragaman dan kependudukan (social diversity and citizenship), 4. Ketahanan masyarakat dan manajemen bencana (urban sustainability and disaster management), 5. Perencanaan dan pemerintah daerah (planning and local governance) serta 6. Sikap moral dan nilai-nilai pemangku kebijakan perencanaan (planner’s values and attitudes). Pada kuliah tersebut, Sonia juga membuka kesempatan bagi mahasiswa untuk berdiskusi dan melakukan tanya jawab terkait dengan pembahasan tersebut. Pada akhir diskusi dan tanya jawabnya, dosen muda yang mengajar di jurusan Geografi Perencanaan dan Menejemen Lingkungan UQ tersebut memberikan simpulan garis besar seluruh pembahasannya bahwa perencanaan merupakan campur tangan untuk memberikan perubahan positif yang bergantung pada kerjasama berbagai pihak. Perencanaan memberikan sejumlah tantangan namun juga menyediakan berbagai kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik. “This is my first time to visit Indonesia, especially Yogyakarta and terimakasih,” ungkap Dr. Sonia Roitman mengakhiri sesi perkuliahan. (Diana /Janu)

http://fis.uny.ac.id/berita/jurusan-pendidikan-geografi-gelar-stadium-general-bersama-dr-sonia-roitman-university