Prodi Pendidikan Geografi Hadirkan Ahli Vulkanologi melalui Praktisi Mengajar dari BPPTKG PVMBG DIY

Departemen Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, Hukum, dan Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta (FISHIPOL UNY) mengadakan kuliah praktisi mengajar pada Rabu, 29 November 2023. Acara ini menghadirkan Dr. Dra. Hanik Humaida, M.Sc., dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM Daerah Istimewa Yogyakarta. Kuliah tersebut dihadiri para dosen pendidikan geografi serta mahasiswa S1 jurusan pendidikan geografi angkatan 2023.

Kuliah ini bertujuan untuk membahas topik, yaitu geomorfologi vulkanik dan mitigasi bencana. Dr. Dra. Hanik Humaida, M.Sc. memulai presentasinya dengan memaparkan cakupan bentuk lahan asal vulkanik. Beberapa bentuk lahan asal vulkanik yang dipaparkannya antara lain kepundan, kerucut gunung api, lereng gunung api, kaki gunung api, dataran kaki gunung api, dataran kaki fluvio gunung api, padang lava, aliran lava, aliran lahar, dataran antar gunung api, leher gunung api, kerucut preister, dan baranco. Dr. Hanik juga menyoroti fakta bahwa Indonesia memiliki banyak gunung api karena wilayahnya dilewati oleh Cincin Api Pasifik, yang disebabkan oleh pertemuan dan interaksi lempeng tektonik. Proses ini menciptakan zona subduksi yang kaya aktivitas vulkanik. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut, beliau memutar video singkat yang memperlihatkan proses terbentuknya gunung berapi.

Selanjutnya, dalam pemaparannya, Dr. Hanik menjelaskan konsep-konsep dasar seperti vulkanisme, volcano, dan erupsi. Vulkanisme dijelaskan sebagai berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan gerakan magma menuju permukaan bumi. Volcano diartikan sebagai gundukan atau kerucut yang terbentuk oleh batuan beku lelehan atau bahan gunung api lepas. Sementara itu, erupsi adalah proses keluarnya magma atau material gunung api ke permukaan bumi akibat tekanan dari dalam bumi melalui celah atau lubang. Selanjutnya, Dr. Hanik juga menjelaskan berdasarkan proses terjadinya, yang pertama Vulkanisme letusan, ini dikontrol oleh magma yang bersifat asam yang kaya akan gas, bersifat kental dan ledakan kuat, vulkanisme ini biasanya menghasilkan material piroklastik dan membentuk gunung api yang tinggi dan terjal. Yang kedua vulkanisme lelehan, ini dikontrol oleh magma yang bersifat basa, sedikit mengandung gas, magma encer dan ledakan lemah, vulkanisme ini biasanya menghasilkan gunung api yang rendah dan berbentuk landai. Yang ketiga vulkanisme campuran, ini dipengaruhi oleh magma intermediet yang agak kental, vulkanisme ini menghasilkan gunung api strato. Beliau juga membahas faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk gunung api dan proses vulkanisme, seperti sifat magma, tekanan, kedalaman dan volume dapur magma, serta faktor eksternal seperti iklim dan suhu. Dr. Hanik juga memberikan contoh gunung api strato seperti Gunung Merapi dan gunung api perisai seperti yang terdapat di Hawaii. Pemaparan dilengkapi dengan morfologi bentuk gunung api beserta gambar ilustrasi dan identifikasi bentuk lahan gunung Merapi. Pada gambar tersebut menjelaskan kepundan sampai lereng merupakan wilayah Sleman, kaki sampai dataran kaki merupakan wilayah kota Yogyakarta, sedangkan dataran alluvial merupakan wilayah Bantul.

Mitigasi bencana gunung api menjadi fokus utama dalam presentasi Dr. Hanik. Beliau menjelaskan bahwa suhu lava sangat bergantung pada komposisinya, dengan suhu lava basa mencapai 1200 derajat Celsius dan suhu lava yang lebih kental mencapai 700-800 derajat Celsius. Oleh karena itu, mitigasi menjadi langkah untuk mengurangi risiko dan dampak bencana erupsi gunung api. Selanjutnya beliau menjelaskan bagaimana proses untuk mengurangi bencana, beliau menegaskan bahwa bencana itu tidak bisa dicegah. Tetapi bagaimana kitab bisa mengurangi dampaknya. Beliau juga menjelaskan mitigasi telah dituangkan dalam Undang-Undang. Keberadaan UU RI no. 24 dan 26 tahun 2007 telah mengubah paradigma mitigasi bencana dari penanganan bencana menjadi penanggulangan bencana yang lebih menitiberatkan pada upaya-upaya sebelum terjadinya bencana dengan fokus pengurangan resiko. Selanjutnya beliau menjelaskan Mitigasi bencana gunung api di Indonesia, dimulai dari Monitoring, Research, penguatan system monitoring. 

Setelah sesi diskusi selesai, Dr. Nurul Khotimah, M.Si, salah satu dosen pendidikan geografi di Universitas Negeri Yogyakarta memberikan closing statement dengan menekankan pentingnya pemahaman geomorfologi vulkanik sebagai bekal mahasiswa geografi untuk berkontribusi dalam mitigasi bencana. Kegiatan ini sangat relevan bagi mahasiswa pendidikan geografi, mengingat mereka menempuh di program studi pendidikan sehingga mereka berpotensi menjadi guru di masa depan. Sebagaimana yang tercantum pada indikator SDGs keempat, Pendidikan Berkualitas dengan memperhatikan Pengarusutamaan (i) pendidikan kewargaan global, dan (ii) pendidikan pembangunan berkelanjutan termasuk kesetaraan gender dan hak asasi manusia yang tercantum dalam (a) kebijakan pendidikan, (b) kurikulum pendidikan, (c) pelatihan guru, (d) asesmen siswa, pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih baik bagi mahasiswa terkait professional, profesionalisme, profesionalisasi, disebuah profesi dan peran guru dalam dunia pendidikan. Sebelum penutupan seluruh mahasiswa dan dosen memberikan apresiasi kepada Dr. Hanik Humaida atas kontribusinya yang berharga dalam memperluas pengetahuan mahasiswa. (dna/adi)