Mahasiswa Pendidikan Geografi Kembali Menjuarai Kompetisi Video Opini tingkat Nasional 2024

Mahasiswa pendidikan Geografi UNY kembali meraih juara dalam Kompetisi Nasional Nalar.in yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta pada Maret 2024. Setelah menjadi runner-up pada 2023 akhirnya tahun ini Tim Catalyst berhasil meraih juara pertama dalam kategori lomba video opini. Nalar.in merupakan ajang kompetisi nasional yang berfokus pada ranah penalaran yang bertujuan mengajak seluruh mahasiswa Indonesia ikut serta berperan dalam mewujudkan kelayakan serta kesiapan menuju di era society 5.0. Video opini merupakan salah satu kategori lomba pada Nalar.in yang  memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengekspresikan opini yang berkaitan dengan berbagai isu global. Gagasan yang terekspresikan diharapkan mampu meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam pengembangan karya inovatif untuk membuka mata berbagai pihak agar mencapai tujuan yang terdapat dalam SDGs.

Tim yang beranggotakan Ika Fajar Rahmawati, Mita Dwi Astuti, Hartedi Nur Pamungkas, dan Uswatun Khasanah ini merasa bersyukur karena bisa memperoleh juara dalam kompetisi kali ini. Setelah beberapa kali menghadapi tantangan dan hambatan dalam prosesnya, akhirnya mereka bisa merampungkan karya yang bisa disajikan kepada masyarakat melalui kanal YouTube. Mereka tidak menyangka bahwa perjuangan dalam pembuatan video opini ini ternyata berhasil bersaing dengan 41 Mahasiswa dari 21 Perguruan Tinggi dan memikat hati para juri. 

Mengacu pada tema lomba yaitu Kontribusi Mahasiswa dalam Kolaborasi Lintas Disiplin di Era Society 5.0, Tim Catalyst sepakat mempersembahkan karyanya yang bertajuk ‘Mahasiswa Sebagai Cultural Bridge di Era Society 5.0’. Society 5.0 atau Masyarakat 5.0 adalah konsep teknologi masyarakat yang berpusat pada manusia dan berkolaborasi dengan teknologi (AI dan IoT) untuk menyelesaikan masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata. Melalui video berdurasi 4 menit 58 detik mereka mencoba menampilkan peran yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dalam persiapan menuju era society 5.0 terutama dalam menjaga inklusivitas budaya. Dalam video tersebut mereka beropini bahwa Indonesia masih mengalami berbagai tantangan dalam menghadapi perkembangan teknologi, salah satunya dalam aspek budaya. Budaya, sebagai hasil interaksi sosial yang diwariskan dalam berbagai generasi, merupakan identitas yang perlu dipertahankan ditengah arus globalisasi, karena perkembangan globalisasi dan digitalisasi yang terjadi kian menggerus budaya asli di Nusantara, dan membawanya ke arah homogenisasi. Apalagi dengan maraknya berbagai trend di social media yang membawa masyarakat condong pada budaya barat dan K-pop dibandingkan dengan budaya nusantara. Hal ini tentunya akan berbahaya bagi kelestarian budaya bangsa dan justru akan menjadikan masyarakat Indonesia sebagai sasaran empuk bagi negara-negara luar yang budayanya berhasil menguasai pasar di Indonesia. Oleh karena itu mahasiswa sebagai pewaris tradisi dan budaya bangsa bertanggung jawab dalam memelihara ragam budaya nusantara.

Perkembangan teknologi bisa dijadikan sebagai alat untuk mempertahankan dan menjaga inklusivitas budaya dalam negeri. Mahasiswa dapat berkolaborasi untuk mengemas warisan budaya dengan menciptakan konten-konten video atau animasi edukatif dengan corak yang menarik tanpa mengurangi esensi. Mahasiswa dapat berperan dalam menjembatani masyarakat, para pegiat budaya dan pemerintah dalam pencatatan identitas, karakteristik, serta ragam budaya bangsa dengan memanfaatkan teknologi, serta pemanfaatan algoritma sosial media untuk memperkenalkan budaya dengan cara yang menarik dan disesuaikan dengan selera masyarakat. Selain itu mereka juga menekankan pentingnya literasi, promosi, inventarisasi, serta apresiasi budaya untuk menghadirkan rasa kepemilikan dihati masyarakat sehingga diharapkan muncul kecenderungan untuk memelihara dan mempertahankan kekayaan budaya bangsa.

Dengan demikian diharapkan masyarakat dapat semakin sadar akan keragaman budaya bangsa sehingga ciri khas dan daya tarik budaya Indonesia bisa lestari dan bersaing dengan budaya luar negeri. Selain itu dengan hal ini diharapkan dapat mahasiswa dapat memperluas kolaborasi antar masyarakat, sehingga mahasiswa bukan hanya menjadi pewaris budaya, tetapi juga perintis yang tetap kritis, solutif serta adaptif dalam berbagai era. (Ika/dna)